Fakta Kuliner Bali yang Gak Banyak Diketahui Publik

Satu di pada kekayaan normalitas dan budaya Bali adalah https://cityservetrivalley.org/ kuliner. Kuliner tradisional Bali dikenal unik gara-gara kaitannya dengan cara pengolahan, type bumbu yang digunakan, dan orang yang mengolahnya. Pembuatan kuliner tradisional Bali sendiri ternyata tidak sembarangan. Ada hal-hal mutlak yang mesti diketahui sehingga olahan makanannya membuahkan rasa sedap dan baik untuk tubuh. Berikut ini kumpulan fakta kuliner Bali yang mesti anda ketahui, dikutip berasal dari buku dan dokumenter website series “Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali” karya Komunitas Film Sarad.

1. Inilah dua pemuda Bali yang memicu buku dan dokumenter web site series “Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali”

Dua pemuda Bali dari komunitas Film Sarad, Nirartha Bas Diwangkara dan Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha, memandang kuliner Bali tidak hanyalah lahir untuk memenuhi keperluan dasar masyarakat. Lebih dari itu, kuliner Bali diolah untuk memenuhi spiritual manusia. Produser Buku dan Dokumenter Web Series “Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali”, Nirartha Bas Diwangkara, menginginkan mengajak pembaca untuk sadar bahwa manusia adalah anggota dari ekosistem dan hirarki alam semesta.

“Buku dan dokumenter web site series ‘Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali’ adalah sebuah penemuan kembali tentang makna kuliner Bali bagi masyarakatnya secara fundamental, untuk mengenal dan memandang ke didalam kenapa makanan Bali sangat perlu keberadaannya didalam segala level kehidupan di hidup kami sebagai orang Bali yang penuh dengan lambang spiritual,” kata Nirartha.

Kuliner Bali, menurut sang Sutradara, Anak Agung Ngurah Bagus Kesuma Yudha, ikut berkontribusi terhadap tata langkah penduduk menjalani rutinitas dan budayanya selama ini. Untuk itu, ia dengan komunitas Film Sarad menciptakan karya ini sebagai fasilitas pemetaan didalam pergerakan serta pemanfaatan kuliner Bali yang autentik didalam kehidupan sehari-hari.

“Karya yang terdiri dari buku dan web site series ini bertujuan untuk meneruskan pesan yang disepakati para tetua di Bali tentang pengolahan Kuliner Bali sebagaimana mestinya. Kuliner Bali tidak hanya sebagai pemuas dahaga dan lapar. Kuliner Bali ikut berkontribusi terhadap tata langkah penduduk menjalani rutinitas dan budayanya selama ini. Hal ini jadi aktual tatkala Bali berdiri sebagai arena persinggungan budaya dunia serta memicu berbagai perubahan yang cepat nan masif,” ujar Gung Yudha, sapaannya.

2. Mengenal nama belawa atau berawa, sebutan untuk orang yang memproduksi bahan makanan tradisional Bali

Belawa atau berawa merupakan pekerjaan didalam kuliner tradisional Bali yang berhubungan dengan pengolahan bahan makanan layaknya mencincang daging, memproduksi darah, hingga memproduksi bahan-bahan alami jadi suatu hidangan yang nikmat. Seperti diungkapkan oleh Pegiat Lontar di Bali, Putu Eka Guna Yasa, belawa bertugas untuk membuat perubahan suatu hal yang mungkin menjijikkan bagi sebagian orang, jadi masakan yang nikmat.

Pada zaman dahulu, belawa bertugas untuk memproduksi atau meramu masakan untuk seorang raja maupun keluarga kerajaan. Jadi, posisi belawa terhadap zaman kerajaan waktu itu sangatlah penting. “Tidak jarang juga, demi meruntuhkan suatu kerajaan, ada racun yang dimasukkan didalam makanan. Jadi mesti orang-orang tepercaya untuk memproduksi kuliner jadi keperluan fisik seorang raja, yang tentunya berpengaruh terhitung terhadap mental dan spiritual sang raja,” ungkap Guna Yasa didalam video tersebut.

3. Pengolahan kuliner tradisional Bali berdasarkan naskah sastra kuno

Kuliner tradisional Bali faktanya tidak dibuat sembarangan. Masakannya dibuat berdasarkan naskah-naskah sastra kuno yang disebut dengan nama lontar. Bali sendiri memiliki banyak lontar hasil cetusan pikiran leluhur-leluhur yang adiluhung. Termasuk lontar yang khusus mengulas ilmu tentang kuliner tradisional Bali. Beberapa naskah sastra atau lontar tersebut pada lain:

Lontar Dharma Caruban. Berasal dari kata Dharma yang artinya tata cara, dan Carub artinya mencampur. Sehingga lontar ini memuat tata langkah pengolahan makanan yang disukai oleh para dewa Kakawin Dharma Sawita atau Abdi Kebenaran. Merupakan cuma satu kakawin (puisi berbahasa Jawa kuno) yang mengulas tentang 17 bumbu rempah Purincining Ebatan atau rincian ebatan. Berisi tentang rincian bahan untuk memicu basa genep (bumbu genap) dan takarannya.

Baca Juga: Makanan Khas Guatemala, Kampung Halaman Pebulutangkis Kevin Cordon

Para leluhur menulis lontar ini agar umat manusia bisa melindungi fisik dengan berbagai sarana dan ramuannya, terhitung terhitung menjadikan kuliner ini sebagai sarana persembahan. Fisik sangat pilih kesehatan jiwa setiap manusia.

4. Basa genep merupakan paduan 6 rasa

Basa genep merupakan bumbu tradisionalnya Bali. Basa genep inilah yang jadi dasar didalam pembuatan segala masakan atau kuliner tradisional Bali layaknya lawar, sate, urutan, timbungan, dan lainnya. Disebut basa genep, sebab terdiri dari 6 rasa atau sad rasa. Sad rasa didalam bumbu genap terdiri dari:

  • Rasa asin atau lawana
  • Rasa pedas atau ketuka
  • Rasa sepert atau kesaya
  • Rasa pahit atau tikta
  • Rasa manis atau madhura
  • Rasa masam atau amla.

5. Basa genep sebagai lambang dewa penjaga arah mata angin

Dalam ajaran Agama Hindu, setiap mata angin memiliki warna dan dewa penjaganya. Karena itulah, kata Guna Yasa, tak hanya sebagai lambang sad rasa, basa genep merupakan persembahan yang memiliki simbol-simbol lima arah mata angin, yaitu:

  • Kunyit berwarna kuning, sebagai lambang Dewa Mahadewa yang duduki arah barat
  • Jahe berwarna putih, sebagai lambang Dewa Iswara yang duduki arah timur
  • Bawang merah dan rempah-rempah berwarna merah, sebagai lambang Dewa Brahma yang duduki arah selatan
  • Lengkuas memiliki unsur hitam, sebagai lambang Dewa Wisnu yang duduki arah utara
  • Bahan atau bumbu yang memiliki warna paduan dari warna-warna di atas, sebagai lambang Dewa Siwa yang berada di tengah-tengah.

6. Basa genep merupakan dasar dari obat alami

Pegiat Kuliner dari Desa Sanur Kaja, Kota Denpasar, I Ketut Wijaya, menyatakan basa genep merupakan dasar dari obat alami atau obat herbal. Sebab bahan-bahan bumbunya terdiri dari:

  • Isen untuk obat batuk, dengan langkah diparut dan diseduh air hangat
  • Jahe untuk penghangat badan, dengan langkah dipotong-potong dan diseduh air hangat
  • Kunyit sebagai obat luka
  • Cekuh atau kencur dicampur beras untuk obat batuk anak kecil, dan lainnya.
  • Pada zaman dahulu, penduduk menanam tanaman yang jadi bahan utama basa genep di daerah belakang rumahnya (teba).

7. Mengenal base kele, bumbu penyedapnya kuliner tradisional Bali

Selain basa genep, didalam ilmu kuliner tradisional Bali terhitung mengenal bumbu atau basa kele. Dinamakan kele, sebab warnanya hitam layaknya lebah madu trigona atau di Bali disebut dengan nama kele-kele. Basa kele terhitung kerap disebut dengan basa penyanggluh atau bumbu penyedap rasa.

Basa kele-kele manfaatkan bahan utama kulit kelapa (batok kelapa) yang dibakar hingga hangus (puun) berwarna hitam. Kulit kelapa tersebut dikupas atau diiris tipis-tipis, lantas dicampur dengan lada hitam, dan dirajang hingga halus. Menurut I Ketut Wijaya, pemanfaatan arang dari kulit kelapa ini berfungsi untuk menetralisir kuliner lawar agar orang yang menyantapnya tidak diare.

Siapa nih penggemar kuliner tradisional Bali? Dijamin, kamu tentu baru sadar tentang ilmu ini. Makanya warisan leluhur yang adiluhung ini patut dilestarikan. Masih banyak hal-hal menarik lainnya yang tertuang didalam buku dan dokumenter web site series berjudul “Jangkep: Warisan Cita Rasa Bali” karya Film Sarad. Jangan lupa memirsa dan membaca bukunya di Filmsarad.com/warisan-cita-rasa-bali.

error: Content is protected !!