Warkop DKI miliki tiga personel utama yaitu Wahjoe Sardono (Dono), Kasino Hadiwibowo (Kasino),dan Indrodjojo Kusumonegoro (Indro). Dari tiga orang itu, Kasino dan Dono udah meninggal dunia. Kasino menghembuskan napas paling akhir terhadap 18 Desember 1997. Sementara Dono meninggal dunia terhadap tahun 2001. Dilansir berasal dari tribunjambi.com, bagian Warkop DKI yang tersisa pun waktu ini cuma tinggal Indrodjojo Kusumonegoro dengan sebutan lain Indro.
Perjalanan panjang sebelum Warkop DKI sukses, di awali sejak 1970 an. Kelompok ini berawal berasal dari sekelompok mahasiswa Universitas Indonesia yang hobi ngocol. Kala itu mereka cuma main di acara prom nite dan mendapat bayaran kecil.
Perjalanan kelompok lawak in sungguh berliku. Banyak yang belum memahami histori awal Warkop DKI terbentuk, termasuk terdapatnya personel Rudy Badil dan Ranu Mulyono, di luar Dono, Kasino dan Indro.
Berikut awal mula terbentuknya Warkop DKI.
Kala itu para personel masih mahasiswa dan kuliah di Universitas Indonesia Pada awal 1970 an, bagian Warkop DKI bukan mereka bertiga dan namanya belum Warkop DKI. Sebelumnya, nama kelompok ini Warkop Prambors.
Kemudian kelompok berikut dikenal sebagai Trio DKI.
Pada awalnya, kelompok ini beranggota Nanu (Nanu Mulyono), Rudy (Rudy Badil), Dono (Wahjoe Sardono), Kasino (Kasino Hadiwibowo) dan Indro (Indrodjojo Kusumonegoro). Rudy, Nanu, Dono dan Kasino merupakan mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Jakarta. Sedangkan Indro kuliah di Universitas Pancasila, Jakarta.
Pertama kesuksesan kelompok waktu acara Obrolan Santai di Warung Kopi yang merupakan garapan berasal dari Temmy Lesanpura, Kepala Bagian Programming Radio Prambors. Acara lawak ini disiarkan Radio Prambors tiap tiap Jumat pukul 20.30-21.15 WIB.
Radio ini bermarkas di kawasan Mendut, Prambanan, Borobudur, dengan sebutan lain Menteng Pinggir.
Masing-masing bagian miliki peran sendiri. Rudy Badil sebagai Mr James dan Bang Cholil. Indro yang berasal berasal dari Purbalingga berperan sebagai Mastowi (Tegal), Paijo (Purbalingga), Ubai atau Ansori. Kasino yang asli Gombong perannya bermacam-macam. Ia bisa jadi Mas Bei (Jawa), Acing atau Acong (Tionghoa), Sanwani (Betawi) dan Buyung (Minang). Nanu yang asli Madiun, sering berperan sebagai Poltak (Batak). Dono sendiri berperan sebagai Slamet (Jawa).
Baca Juga : Evolusi Cara Berkomedi ala Indonesia, dari Srimulat hingga Warkop DKI
Ide awal percakapan Warkop Prambors berawal berasal dari senior di radio Prambors, Temmy Lesanpura. Saat itu, Radio Prambors meminta Hariman Siregar, mahasiswa senior Universitas Indonesia yang termasuk aktivis, untuk isikan acara di Prambors. Hariman menunjuk Kasino dan Nanu, pelawak di kalangan kampus UI untuk isikan acara.
Ide itu pun langsung dapat dukungan Kasino, Nanu dan Rudy Badil, lantas disusul Dono dan Indro. Rudy yang pada mulanya ikut Warkop waktu masih siaran radio, tak berani ikut Warkop di dalam jalankan lawakan panggung. Rudy Badil yang sesudah itu hari dikenal sebagai wartawan Kompas ini, ternyata demam panggung (stage fright).
Begitu pun Dono. Awalnya waktu manggung lebih dari satu menit pertama mojok dulu, sebab masih malu dan takut. Tapi setelah lebih dari satu menit, barulah Dono jadi ikut berpartisipasi dan jadi kerasan. Dono pun akhirnya konsisten menggila sampai akhir durasi lawakan. Indro merupakan bagian termuda. Saat bagian Warkop yang lain udah menempati bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.
Personel Warkop DKI, Dono-Kasino-Indro
Warkop pertama kali keluar di pesta perpisahan (sekarang prom nite) SMA IX Jakarta yang diselenggarakan di Hotel Indonesia. Semua personel gemetar, dengan sebutan lain demam panggung, dan hasilnya cuma bisa dibilang lumayan saja, tidak sangat sukses. Peristiwa terhadap 1976 mengubah semuanya. Saat itulah Warkop terima honor pertama kali. Honor berwujud duit transport sebesar Rp 20.000.
Uang itu dirasakan para personel Warkop besar sekali. Namun, akhirnya habis untuk mentraktir makan teman-teman. Manggung berikutnya, mereka tampil di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tetapi ternyata hasilnya kembali lumayan. Baru terhadap acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), kelompok Warkop Prambors baru sangat lahir sebagai bintang baru di dalam dunia lawak Indonesia.
Acara Terminal Musikal sendiri tak cuma melahirkan Warkop, tetapi termasuk menopang memperkenalkan kelompok Pancaran Sinar Petromak (PSP), yang bertetangga bersama Warkop. Sejak itulah honor mereka jadi meroket, kurang lebih Rp 1.000.000 per pertunjukan. Dibagi empat orang, tiap tiap personel mendapat Rp 250.000. Mereka termasuk jadi dikenal lewat nama Dono Kasino Indro atau DKI (yang merupakan plesetan berasal dari singkatan Daerah Khusus Ibukota).
Ada perihal unik perihal nama DKI ini.
Pengambilan nama DKI sebab nama mereka pada mulanya Warkop Prambors miliki konsekuensi tersendiri. Pasalnya, selama Mengenakan nama Warkop Prambors, maka mereka perlu mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama. Maka itu sesudah itu mereka mengganti nama jadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek upeti itu.