Sebanyak enam partai politik lokal di Provinsi Aceh akan diuji konsistensinya di Pemilu 2024. Alasannya, dalam dua pemilu terakhir, suara parpol-parpol lokal cenderung menurun. Sebanyak 81 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) akan diperebutkan 17 partai nasional dan enam partai lokal. Partai lokal adalah Partai Aceh (PA), Partai Nanggroe Aceh (PNA), Partai Generasi Atjeh Beusaboh Thaat dan Taqwa (Gabthat), Partai Adil Sejahtera (PAS). Selain itu, ada Partai Darul Aceh (PDA), dan Partai Sira.
Peneliti isu politik dari Jaringan Survei Inisiatif, Aryos Nivada, Senin (15/5/2023), di Banda Aceh, mengatakan, keberadaan partai politik lokal membuat pesta demokrasi di Aceh selalu menarik dikaji. Sejauh ini, parpol lokal terbesar, PA, dianggap masih bisa menguasai parlemen. Namun, ada kemungkinan suaranya justru menurun.
”Tahun ini, akan jadi ujian berat bagi parpol karena eksistensi parpol parlay nasional semakin kuat,” kata Aryos. Hingga hari terakhir pendaftaran calon anggota legislatif tingkat provinsi, Minggu (14/5/2023), enam partai lokal telah menyerahkan berkas kepada Komisi Independen Pemilihan/Komisi Pemilihan Umum Provinsi Aceh.
Baca Juga : Kaesang Disebut Incar Posisi Eksekutif Di Dalam Dunia Politik
Aryos memprediksi, hanya tiga parpol lokal yang lolos, yaitu PA, PDA, dan PNA. Sementara tiga parpol lokal lain bakal sulit mencapai ambang batas. ”PA, PDA, dan PNA struktur partainya sudah kuat, basis pemilih sudah jelas, dan didukung ketokohan ketua umum,” ujar Aryos. Partai Aceh sebagai parpol lokal terbesar didominasi mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM). Sejak pertama didirikan, jabatan ketua umum masih dijabat eks panglima GAM, Muzakir Manaf.
Sementara itu, bekas Gubernur Aceh Irwandi Yusuf kembali ditunjuk sebagai ketua umum PNA. Meski berstatus mantan napi koruptor, Irwandi masih memiliki loyalis. Ketokohan Irwandi dinilai dapat mengangkat popularitas PNA.
Sementara itu, PDA didominasi kaum santri. Sebagai daerah syariat Islam, PDA menjadi representasi perjuangan isu keislaman. ”Walaupun tiga pemilu tidak lolos ambang batas parlemen, suara PDA terus bertambah,” kata Aryos. Akan tetapi, ada sejumlah tantangan bagi parpol lokal, Aryos mengatakan, belakangan sejumlah kepala daerah dari parpol lokal tersandung kasus korupsi.
Optimistis menang
Juru Bicara Partai Aceh Nurzahri menyadari tantangan pada pemilu 2024. Sejauh ini, penurunan suara telah dievaluasi. PA menjadi satu-satunya parpol lokal yang masih bertahan sejak dibentuk. Namun, suara PA turun pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019. Pada 2014, PA memperoleh 29 kursi DPR Aceh dari total 81 kursi. Pada Pemilu 2019, perolehannya anjlok, hanya 18 kursi dari 81 kursi.
”Kami memanggil mantan bupati/wali kota dari Partai Aceh agar maju sebagai calon legislatif untuk meningkatkan peluang menang,” ujar Nurzahri. Nurzahri mengatakan, ada perubahan signifikan dalam daftar caleg Pemilu 2024. Salah satu yang signifikan adalah latar belakang pendidikan, yakni 4 orang doktor, 9 magister, 29 sarjana, dan 50 lulusan SMA.
”Kami ingin mengubah citra dari disebut partai paket C menjadi partai yang secara pendidikan punya kualitas lebih dari partai lain. Pada tiga pemilu legislatif sebelumnya banyak caleg Partai Aceh berlatar belakang pendidikan SMA. Nurzahri optimistis, pada Pemilu 2024, Partai Aceh bakal meraih separuh dari jumlah kursi di DPRA. Isu keistimewaan Aceh dan perdamaian masih menjadi komoditas utama kampanye.
Ketua Umum PDA Tgk H Muhibbusabri juga sangat yakin partainya bakal lolos ambang batas dan meraih 10 kursi DPRA dari 10 daerah pemilihan. Muhibbusabri menolak membuka strategi kampanye. Namun, dia menyebutkan beberapa tokoh lokal diusung jadi calon legislatif akan mendapatkan suara maksimal.
”PDA partai unik, tiga kali tidak lolos ambang batas, tetapi perolehan suara terus meningkat. Tahun 2009 dan 2014 hanya satu kursi, tetapi 2019 kami dapat tiga kursi. Kali ini kami yakin lolos ambang batas dan kami akan mengusulkan calon gubernur,” kata Muhibbusabri.
Dosen Politik Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa, Muhammad Alkaf, mengatakan, setelah menurunnya suara, PA harus berbenah dengan menjadi partai terbuka. Jika selama ini hanya dihuni eks kombatan, PA harus membuka pintu buat banyak kalangan.
”Selama punya visi yang sama dengan apa yang diperjuangkan oleh PA, mereka harus diberi kesempatan untuk bergabung. Tujuannya, agar partai ini tidak hanya jadi milik satu golongan,” kata Alkaf. Agar tetap menjadi partai lokal yang besar, Alkaf mendorong PA agar membuka ruang dialog dengan lintas golongan, seperti dunia kampus, ulama, dan anak muda.